Jakarta - Tak
sedikit fasilitas umum di Jakarta berubah fungsi. Mulai dari halte bus sampai
jembatan penyeberangan menjelma menjadi lokasi berjualan para pedagang kaki
lima (PKL). Salah satunya adalah jembatan penyeberangan di Jalan Panglima Polim
Raya yang menghubungkan Plaza Blok M dengan kawasan Blok M Square dan terminal
Blok M, Jakarta Selatan.
Pantauan detikcom, Rabu (12/12/2012) di sisi kanan dan kiri sepanjang jembatan penyeberangan tersebut dipenuhi belasan PKL dengan barang dagangannya yang beragam. Mulai dari aksesoris, rokok, voucher isi ulang pulsa, hingga jasa tato temporer bisa ditemui di sini.
"Sudah lima tahun jualan di sini. Pedagang yang lain rata-rata sudah jualan di sini juga sudah di sini lima tahunan," ujar pedagang korek api hias, Yudi (38).
Yudi mengaku 'aman' berdagang dan tak pernah kena razia Satpol PP selama berjualan di jembatan yang ramai dilintasi penyeberang tersebut. Sebab para pedagang di lokasi tersebut rutin membayar biaya kontrak dan kemananan.
"Soalnya kita di sini bayar per tahun, kontrak Rp 15 juta. Kalau keamanan Rp 600 ribu per bulan. Bayarnya ke petugas kotamadya," ujarnya.
"Jadi ada petugas yang datang ke sini tiap bulan untuk narik keamanan," lanjut Yudi.
Membayar uang sebesar itu, Yudi mengaku tak pernah meminta bukti pembayaran. "Pokoknya yang penting bayar aja, pasti aman," katanya.
Walaupun biaya tersebut terhitung tidak murah, Yudi mengaku tak keberatan. "Ya gimana ngaturnya," kata Yudi.
Dengan keberadaan PKL di jembatan penyeberangan ini tentu saja mengurangi jatah pejalan kaki. Karenanya, Yudi pun bersedia jika suatu saat pemerintah memindahkan dagangannya ke lokasi lain.
"Kita berharap saja moga-moga kita dikasih tempat jualan. Nggak jauh-jauh. Yang deket-deket situ," tuturnya.
Di Jakarta, bisa jadi jembatan penyeberangan inilah yang paling ramai dengan PKL. Mereka memakan sisi kanan dan kiri badan jembatan dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk pejalan kaki. Akibatnya, sering terjadi antrean pejalan kaki di jam sibuk jembatan ini.
Pantauan detikcom, Rabu (12/12/2012) di sisi kanan dan kiri sepanjang jembatan penyeberangan tersebut dipenuhi belasan PKL dengan barang dagangannya yang beragam. Mulai dari aksesoris, rokok, voucher isi ulang pulsa, hingga jasa tato temporer bisa ditemui di sini.
"Sudah lima tahun jualan di sini. Pedagang yang lain rata-rata sudah jualan di sini juga sudah di sini lima tahunan," ujar pedagang korek api hias, Yudi (38).
Yudi mengaku 'aman' berdagang dan tak pernah kena razia Satpol PP selama berjualan di jembatan yang ramai dilintasi penyeberang tersebut. Sebab para pedagang di lokasi tersebut rutin membayar biaya kontrak dan kemananan.
"Soalnya kita di sini bayar per tahun, kontrak Rp 15 juta. Kalau keamanan Rp 600 ribu per bulan. Bayarnya ke petugas kotamadya," ujarnya.
"Jadi ada petugas yang datang ke sini tiap bulan untuk narik keamanan," lanjut Yudi.
Membayar uang sebesar itu, Yudi mengaku tak pernah meminta bukti pembayaran. "Pokoknya yang penting bayar aja, pasti aman," katanya.
Walaupun biaya tersebut terhitung tidak murah, Yudi mengaku tak keberatan. "Ya gimana ngaturnya," kata Yudi.
Dengan keberadaan PKL di jembatan penyeberangan ini tentu saja mengurangi jatah pejalan kaki. Karenanya, Yudi pun bersedia jika suatu saat pemerintah memindahkan dagangannya ke lokasi lain.
"Kita berharap saja moga-moga kita dikasih tempat jualan. Nggak jauh-jauh. Yang deket-deket situ," tuturnya.
Di Jakarta, bisa jadi jembatan penyeberangan inilah yang paling ramai dengan PKL. Mereka memakan sisi kanan dan kiri badan jembatan dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk pejalan kaki. Akibatnya, sering terjadi antrean pejalan kaki di jam sibuk jembatan ini.
sumber: detik.com