STOCKHOLM - Sebuah survei yang dilakukan di Stockholm, Swedia, menemukan bahwa beberapa siswa SMA memiliki hubungan romantis dengan gurunya. Survei yang dilakukan surat kabar Svenska Dagbladet ini dilakukan di sebuah SMA yang jumlah siswanya paling banyak di Stockholm.
Dari 600 siswa SMA yang berpartisipasi dalam survei, 20 orang memiliki hubungan percintaan atau seksual dengan seorang guru, dan satu persen mengklaim masih menjalin hubungan tersebut. Sementara, dua persen siswa mempunyai teman sekolah yang menjalin hubungan seksual dengan seorang guru. Dan lima persen atau 32 siswa tahu atau pernah mendengar siswa di kelas lain atau sekolah mereka yang memiliki hubungan dengan guru.
Di Swedia, menjalin hubungan dengan siswa tidak lugas masuk dalam pelanggaran hukum. Undang-undang hanya mengatakan bahwa seseorang yang membujuk orang lain untuk terlibat dalam tindakan seksual dan mengambil keuntungan dari ketergantungan orang lain kepada dirinya, terancam hukuman dua tahun penjara. Namun, perbuatan ini harus jelas membuktikan adanya penyalahgunaan kekuasaan.
Menurut Gisele Priebe, seorang psikolog dan peneliti di Universitas Lund, hubungan guru dan siswa memang tidak bisa dibuktikan melanggar hukum. Namun ada masalah lain ketimbang pelanggaran hukum.
"Bahkan jika siswa dan guru jatuh cinta dalam arti sesungguhnya dan tidak ada tekanan dari sang guru, tetap saja ini menunjukkan ketimpangan kekuasaan. Hal ini sangat sulit, jika bukan tidak mungkin, memiliki hubungan di mana keinginan kedua orang tersebut dan opini dari orang lain, mengalami pergesekan," jelas Priebe seperti dikutip dari The Local, Selasa (19/2/2013).
Sementara itu, Badan Nasional untuk Pendidikan Swedia (Skolverket) tidak ingin mengomentari temuan Svenska Dagbladet. "Kami tidak memiliki pandangan langsung terhadap hal ini. Skolverket tidak memiliki posisi tentang masalah ini. Ini adalah masalah politik," kata Eva Royter, salah satu kuasa hukum Skolverket.
Dewan Etika Guru Swedia, yang bertugas mendorong perdebatan mengenai etika kerja dan mempromosikan etika profesi di antara para guru, tidak ingin mengambil sikap terhadap temuan ini.
"Anda tidak bisa melarang cinta. Faktanya, pro dan kontra bukanlah hal yang aneh, tapi kita harus berpikir bagaimana menanganinya," kata Jesper Rehn dari Dewan Etika Guru.
Rehn menolak usulan agar ada UU yang tegas menindak kasus seperti ini. Selain itu, dia juga menolak usulan bahwa Dewan harus menerbitkan pedoman untuk menangani masalah ini. Saat ditanya solusi dari Dewan, Rehn mengaku tidak tahu lembaga yang seharusnya menangani masalah seperti ini.(rfa)
sumber: Serba Serbi Informasi Bercampur Di Sini