Menanti Mobil Murah
Sejak digulirkan rencana produksi massal mobil murah dan
ramah lingkungan atau sering disebut low-cost green car (LCGC), semakin
menambah rasa penasaran bagi calon konsumen, khususnya untuk masyarakat dengan
kantong pas-pasan. Mimpi dulu, mungkin bisa dilakukan sebelum upaya para
pabrikan itu siap menggempur pasar masyarakat berpenghasilan kecil.
Karena sampai sekarang, pemerintah belum
menerbitkan aturan baku soal LCGC ini. Untuk memproduksi mobil kecil (compact
car) bagi menengah ke bawah, perlu berbagai instrumen regulasi agar harga
produknya menjadi lebih terjangkau.
Membuat regulasi saja rupanya tidak mudah karena
menyangkut koordinasi berbagai instansi, seperti Kemenkeu, Kemenperin ataupun
Kemendag, serta instansi pendukung lainnya. Menurut Menperin, MS Hidayat,
kebijakan mobil murah dan ramah lingkungan (LCGC) hanya tinggal menunggu
keppres.
Nantinya, mobil kecil tersebut akan dijual dengan
harga tidak lebih dari 10.000 dollar AS per unitnya. “Kami menjamin,
harganya akan terjangkau oleh masyarakat, di bawah 10.000 dollar AS. Butuh
waktu dua tahun untuk membuat regulasi LCGC,†ungkap Hidayat, di Jakarta,
belum lama ini.
Masih terkait regulasi, Staf Khusus Presiden
bidang Ekonomi, Firmanzah, mengaku perpres LCGC masih dalam tahap pematangan.
Nantinya, perpres tersebut selain untuk mendukung pengembangan mobil LCGC di
Tanah Air, aturan ini juga merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk
menghemat anggaran subsidi BBM dalam APBN.
Menurut Firmanzah, pemerintah menginginkan mobil
murah dan ramah lingkungan sekaligus harus hemat bahan bakar, yaitu minimal 20
kilometer per liter. Mobil tersebut juga harus mengandung minimal 80 persen
komponen lokal agar mendapat insentif dari pemerintah.
Kendati aturan main belum ditetapkan, diketahui
sejumlah pabrikan otomotif saat ini mulai berlomba-lomba menggarap pasar
Indonesia di segmen mobil kompak, misalnya Honda Brio, KIA Rio, Hyundai i20,
maupun Mitsubishi Mirage. Hal tersebut diakui oleh Johnny Dharmawan, Ketua Umum
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Dia mengatakan pabrikan mulai merespons dengan
memasarkan berbagai produk mobil kompak. Akhir-akhir ini, kata Johnny,
pertumbuhan mobil kompak kian marak, seiring dengan respons pasar yang mulai
berkembang dipicu minat konsumen terhadap mobil irit bahan bakar.
"Mobil kompak menjadi pilihan yang tepat
sebagai model mobil LCGC. Selain insentif, pemerintah juga memengaruhi
ketertarikan industri untuk memproduksi mobil hemat ramah lingkungan,"
kata Johnny.
Pabrikan yang telah resmi mengumumkan mobil
murahnya adalah Toyota dan Daihatsu, yang berencana menjadikan kedua kendaraan
tersebut sebagai bagian dari produk LCGC besutan Astra Daihatsu. Agya dan Ayla
rencananya awal 2013 mendatang mulai dipasarkan dengan banderol di bawah 100 juta
rupiah.
Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM),
Amelia Tjandra, mengatakan penjualan Ayla ditargetkan sebanyak 3 ribu unit per
bulan pada tahap awal pemasaran di tahun mendatang. Pihaknya, kata dia, masih
menunggu secara resmi aturan yang akan diterbitkan pemerintah mengenai
rancangan LCGC.
"Kami berharap regulasi pemerintah segera
diterbitkan," kata Amelia. Perkembangan mobil ramah lingkungan berharga
terjangkau, menurut dia, dapat tumbuh dengan keterlibatan pemerintah dalam
memberikan insentif agar biaya produski menjadi rendah dan harga jual menjadi
lebih murah.
Terbebani Royalti
Pengamat otomotif, Johnny Pramono, mengatakan
langkah sejumlah pabrikan dalam negeri dalam memproduksi mobil kompak yang
dianggap menjadi bagian dari program LCGC tidak lepas dari peran principal
untuk memperluas pangsa pasar kendaraan di Indonesia.
Keterlibatan pabrikan dalam negeri dalam program
LCGC, kata dia, lebih menguntungkan principal ketimbang konsumen. Terlebih,
kendaraan yang akan dipasarkan pabrikan dalam negeri dalam program LCGC masih
mengusung brand asing dari negara asal merek tersebut.
"Kalau benar itu merupakan program LCGC,
kenapa mesti ada embel-embel merek principal, berarti konsumen tetap dibebankan
royalti yang menjadi keuntungan besar bagi principal asing. Sementara insentif
yang diberikan pemerintah sebagian besar untuk menanggung royalti yang akan
dibayarkan kepada asing," kata Johnny.