Bayi perempuan lahir di lokasi banjir, di perumahan Pluit Barat, Jakarta, Minggu, 20 Januari 2013. Bayi itu lahir saat perumahan yang berlokasi di kawasan perumahan elite itu dikepung banjir setinggi hampir dua meter atau seleher orang dewasa.
Proses persalinan tersebut berlangsung dramatis karena daerah itu terisolasi banjir sehingga sang ibu tak dapat diangkut ke rumah sakit. Tak ada warga yang membantu karena sebagian besar penghuni kompleks sudah dievakuasi.
Beruntung, kabar darurat tentang seorang ibu yang akan melahirkan itu didengar aparat TNI Angkatan Laut yang bertugas di posko lokasi banjir.
Adalah Letkol Wiweka, tim medis dari Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) III Jakarta, yang membantu proses persalinan itu. Wiweka juga seorang dokter.
Proses persalinan tersebut berlangsung dramatis karena daerah itu terisolasi banjir sehingga sang ibu tak dapat diangkut ke rumah sakit. Tak ada warga yang membantu karena sebagian besar penghuni kompleks sudah dievakuasi.
Beruntung, kabar darurat tentang seorang ibu yang akan melahirkan itu didengar aparat TNI Angkatan Laut yang bertugas di posko lokasi banjir.
Adalah Letkol Wiweka, tim medis dari Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) III Jakarta, yang membantu proses persalinan itu. Wiweka juga seorang dokter.
Ia menceritakan bahwa semula informasi yang masuk ke posko pada pukul 10.30 WIB simpang-siur. Ada yang menyebut bahwa sang bayi sudah melahirkan tapi kabar lain menyebutkan bahwa baru akan melahirkan. Tidak mau ambil risiko, ia bersama dua anggota tim medis dan empat tim SAR langsung mencari lokasi dengan menggunakan perahu karet.
Cukup sulit untuk menemukan lokasi karena informasi yang diperoleh sungguh tidak jelas. Namun, setelah beberapa lama, akhirnya didapat juga rumah Ibu yang hendak melahirkan itu. Ia bersama tim langsung masuk. Rumah itu sudah tergenang air. Di sana, ditemukan sang ibu yang sudah terkulai lemas dan sang bayi sudah hampir lahir.
"Takut terjadi pendarahan hebat, saya membuat bayi itu menangis dahulu, baru setelah itu placentanya dipotong. Setelah dirasa cukup aman, si ibu diinfus, dan bayi selamat," ujar Letkol Wiweka, yang sehari-hari bertugas sebagai Kepala Dinas Kesehatan Lantamal III.
Proses persalinan darurat memakan waktu 20 menit. Namun, situasi masih mengkhawatirkan karena sang ibu beserta bayi harus dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
Sementara, di luar rumah banjir setinggi leher orang dewasa itu mengancam nyawa sang bayi beserta ibu. Mereka pun akhirnya dibopong menuju perahu karet, dan sang bayi ditempatkan di kotak obat berukuran kurang-lebih 20x60 centimeter.
"Kami harus naik pagar dulu, karena pintu gerbang rumah tidak bisa dilewati. Ini yang bikin saya takut. Bagaimana kalau bayinya jatuh ke air," terang Letkol Wiweka.
Setelah menyusuri banjir di kompleks itu, sang ibu dan bayinya sampai di posko terdekat. Di sana, keduanya langsung dibawa ke Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, dan segera mendapatkan perawatan intensif. Bayi itu pun kini sudah ditangani dokter khusus.
Meski mendampingi dan membantu proses persalinan hingga mengantar ke rumah sakit, Letkol Wiweka tak sempat bertanya nama sang ibu, juga tak mengingat alamat rumah tempat persalinan darurat itu.
"Wah, saya tidak kepikiran untuk bertanya. Saya hanya berpikir bagaimana menyelamatkan bayi dan sang ibu," katanya
Di kompleks perumahan elite tersebut, sebagian besar warga sudah dievekuasi namun sebagian di antara mereka kembali ke rumah untuk mengantar bahan makanan bagi anggota keluarga yang masih bertahan.
Sebagian yang lain menolak dievakuasi karena khawatir rumah mereka dijarah. Aparat TNI AL dibantu Tim SAR melakukan patroli pada malam ini hingga Senin pagi. Mereka menggunakan perahu karet motor dan perahu karet dayung.
Komandan Tim Regu SERU (Search and Recue Unit) III, Gugus Widoyoko, yang bertugas di lokasi itu memastikan bahwa malam ini tak ada evakuasi warga.
"Kecuali ada yang darurat-darurat, misalnya, ada yang sakit, ya terpaksa kami harus evakuasi," ujarnya.
Cukup sulit untuk menemukan lokasi karena informasi yang diperoleh sungguh tidak jelas. Namun, setelah beberapa lama, akhirnya didapat juga rumah Ibu yang hendak melahirkan itu. Ia bersama tim langsung masuk. Rumah itu sudah tergenang air. Di sana, ditemukan sang ibu yang sudah terkulai lemas dan sang bayi sudah hampir lahir.
"Takut terjadi pendarahan hebat, saya membuat bayi itu menangis dahulu, baru setelah itu placentanya dipotong. Setelah dirasa cukup aman, si ibu diinfus, dan bayi selamat," ujar Letkol Wiweka, yang sehari-hari bertugas sebagai Kepala Dinas Kesehatan Lantamal III.
Proses persalinan darurat memakan waktu 20 menit. Namun, situasi masih mengkhawatirkan karena sang ibu beserta bayi harus dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
Sementara, di luar rumah banjir setinggi leher orang dewasa itu mengancam nyawa sang bayi beserta ibu. Mereka pun akhirnya dibopong menuju perahu karet, dan sang bayi ditempatkan di kotak obat berukuran kurang-lebih 20x60 centimeter.
"Kami harus naik pagar dulu, karena pintu gerbang rumah tidak bisa dilewati. Ini yang bikin saya takut. Bagaimana kalau bayinya jatuh ke air," terang Letkol Wiweka.
Setelah menyusuri banjir di kompleks itu, sang ibu dan bayinya sampai di posko terdekat. Di sana, keduanya langsung dibawa ke Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, dan segera mendapatkan perawatan intensif. Bayi itu pun kini sudah ditangani dokter khusus.
Meski mendampingi dan membantu proses persalinan hingga mengantar ke rumah sakit, Letkol Wiweka tak sempat bertanya nama sang ibu, juga tak mengingat alamat rumah tempat persalinan darurat itu.
"Wah, saya tidak kepikiran untuk bertanya. Saya hanya berpikir bagaimana menyelamatkan bayi dan sang ibu," katanya
Di kompleks perumahan elite tersebut, sebagian besar warga sudah dievekuasi namun sebagian di antara mereka kembali ke rumah untuk mengantar bahan makanan bagi anggota keluarga yang masih bertahan.
Sebagian yang lain menolak dievakuasi karena khawatir rumah mereka dijarah. Aparat TNI AL dibantu Tim SAR melakukan patroli pada malam ini hingga Senin pagi. Mereka menggunakan perahu karet motor dan perahu karet dayung.
Komandan Tim Regu SERU (Search and Recue Unit) III, Gugus Widoyoko, yang bertugas di lokasi itu memastikan bahwa malam ini tak ada evakuasi warga.
"Kecuali ada yang darurat-darurat, misalnya, ada yang sakit, ya terpaksa kami harus evakuasi," ujarnya.
sumber: viva.co.id