Kasus penggunaan narkoba di kalangan artis tanah air seakan tak ada habisnya. Baru-baru ini Raffi Ahmad ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) karena menggunakan zat methylenedioxymethylchatinone (MDMA).
Soal narkoba, grup band Slank memiliki kisah tersendiri. Saat berada di puncak karirnya di era 1990-an, grup band yang memiliki fans setia bernama Slankers itu malah jatuh ke dunia narkoba.
Pengamat Musik, Bens Leo mengatakan, personel Slank menjadi pecandu berat narkoba saat berada di puncak karirnya pada 1996. Saat itu, Bens Leo masih menjadi manajer tur Slank.
"Slank itu kalau mau manggung pasti menggunakan narkoba, mereka itu nggak pernah keluar kamar hotel sebelum naik panggung. Mereka pasti di dalam kamar dan mengunakan narkoba," kata Bens Leo kepada merdeka.com saat menjenguk Rafii Ahmad di Gedung BNN, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (31/1).
Bens Leo mengaku nasihatnya agar personel Slank menjauhi barang haram itu tak pernah didengarkan oleh Bim-Bim dan Kaka. Keduanya akhirnya ditinggalkan tiga personel Slank lainnya, Bongki, Indra dan Pay, untuk membentuk grup band baru bernama BIP.
"Bongki, Indra, dan pay, memang menggunakan narkoba juga. Namun mereka bertiga mau berubah dan meninggalkan barang haram itu. Tapi beda sama Kakak dan Bim-Bim mereka itu semakin parah saja, sehingga terjadi perbedaan di antara mereka dan memutuskan untuk berpisah saat itu," kenang Bens leo.
Bens mengatakan, peran keluarga terutama ibu Bim-Bim, Bunda Iffet, sangat besar terhadap lepasnya Bim-Bim dan Kaka dari jeratan narkoba. Menurutnya, Bunda Iffet adalah seorang ibu yang menjelma menjadi malaikat. Dia begitu sabar dan telaten merawat Bim-Bim dan Kakak layaknya bayi.
Berkat usaha Bunda Iffet serta kemauan keras Bim-Bim dan Kaka, dua pentolan Slank itu akhirnya bisa lepas dari narkoba pada 2000 lalu.
"Jadi saat perpecahan itu Slank berubah formasi. Bunda pun mengambil alih manajemen Slank saat itu. Dia yang menjadi manajer Slank menggantikan saya karena saat itu baik Bim-Bim maupun Kaka paling takut sama Bunda Iffet. Akhirnya mereka mau berubah dan berobat sehingga di tahun 2000 mereka akhirnya bersih dari narkoba," terang Bens Leo.
Menurut Bens, mudahnya artis terjerat narkoba lantaran kegiatan yang super padat dipadu dengan uang yang melimpah. Kelelahan karena jadwal yang padat menjadi celah bagi para pengedar 'mempromosikan' produk haram mereka.
Berdasarkan pengalamannya, sumber narkoba bagi kalangan artis berasal dari banyak pihak. Tak hanya dari lingkungannya sendiri, tetapi juga dari luar kalangan mereka.
"Mereka capek luar biasa dan gampang didekati. Secara tidak sadar mereka mencoba sesuatu," katanya.
Sumber: Merdeka.com